Setiap keluarga pastilah mengharapkan hadirnya anak keturunan penerus harapan. Tak jarang keluarga yang harus menempuh jalan panjang agar dapat memiliki anak. Ketika anak terlahir ke dunia dengan selamat, sungguh di saat itu begitu terasa kebahagiaan, keharuan, rasa syukur akan nikmat tersebut. Namun, itu bukanlah akhir perjuangan akan tetapi justru itulah awal mula amanah yang harus dipertangungjawabkan kelak.
Mendidik sang buah hati memerlukan ilmu tentunya. Karena selain tantangan zaman yang berbeda antara era orangtua dengan era dimana anak tersebut akan besar dan berada nantinya, ada aspek terpenting dari pendidikan orangtua kepada anak keturunannya, yaitu iman, adab dan akhlak. Ketiga aspek tersebut terkait erat satu dengan yang lain. Iman sebagai pondasi ruhiyah kekuatan seorang Mukmin yang dengannya ia mengenal siapa Allah al-Khaliq, belajar mencintai-Nya dengan kecintaan yang tertinggi, memupuk ke-ihklash-an untuk beribadah sedari dini, melatih ketaatan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah serta hidup dalam ketakwaan sesuai syari’ah-Nya.
Iman juga terkait dengan mengenal, mencintai dan mengikuti suri tauladan kita, Muhammad Rasulullah ﷺ, manusia paripurna uswatun hasanah bagi orang beriman. Iman juga terkait dengan iman kepada nabi dan rasul Allah yang lain yang telah Ia turunkan ke dunia sebagai bagian dari dakwah al-anbiya untuk menuntun umat-umat terdahulu ke jalan yang benar, dengan mentauhidkan Allah dalam ibadah dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Mengajak dan mengajarkan umat tersebut agar beramal shalih yang dengannya Allah akan ridha dan surgalah sebagaia balasan paripurna bagi orang-orang yang beruntung. Kemudian Iman juga berkaitan dengan ke-empat rukun iman yang lain, yaitu iman kepada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, takdir-Nya yang baik dan yang buruh serta iman kepada hari Akhir.
Kesemua rukun iman tersebut adalah pondasi yang paling mendasar bagi seorang anak dalam mengarungi kehidupan kelak. Karena iman itulah anak akan tergerak untuk beribadah, beramal shalih, membantu sesama, menyebarkan kebaikan, berdakwah di jalan Allah, berjuang di jalan-Nya, berkorban ketika senang dan susah. Dengan iman itulah kita hidup dan dengan iman itu juga kita berharap kita akan diwafatkan dengan penuh keridha-an Allah.
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa memberikan nasihat-nasihat kehidupan tersebut agar tepat waktu, tepat sasaran dan tepat guna. Diantara panduan yang Rasulullah ﷺ telah contohkan adalah dengan memperhatikan waktu-waktu tertentu dimana pada waktu tersebut anak-anak dapat lebih menerima nasihat, lebih dekat dan akrab, lebih terbuka untuk menerima masukan. Diantara waktu-waktu berharga tersebut terletak di tiga keadaan (diambil dari buku berjudul “Mendidik Anak Bersama Nabi ﷺ” hal. 459-463), yaitu:
- Saat makan bersama
- Saat berwisata
- Saat sedang sakit
Di saat makan bersama, biasanya anak-anak akan begitu banyak berbicara berdiskusi bercakap ria serius santai, bercerita dengan aktifitas, mengungkapkan banyak hal, mengutarakan perasaan dsb. kepada saudara-saudaranya dan juga kepada orangtuanya. Maka saat itulah saat yang tepat untuk memasukkan nasihat kehidupan, berbicara tentang Iman, mengajarkan adab, memberikan contoh akhlak yang baik, mendekatkan diri kita sebagai orangtua kepada anak-anak dengan masuk ke dunia mereka di saat mereka sedang begitu terbuka untuk menerima masukan-masukan. Cobalah praktikkan hal ini, mulailah untuk menemani dan makan bersama mereka, dekatkan diri di saat tersebut dengan dunia mereka, jadilah kawan berbicara mereka dan mereka insya Allah akan sangat antusias untuk mendengarkan, membalas percakapan, menyampaikan perasaan, dsb.
Kemudian di saat berwisata, ketika dalam kendaraan, ketika dalam perjalanan adalah saat-saat dimana anak-anak dapat diajak berdiskusi terkait banyak hal. Kaitkanlah perjalanan tersebut dengan keimanan. Tentang Allah al-Khaliq yang telah menciptakan bukit, gunung, tumbuhan, langit, lautan, dan segala keindahan, tentang ar-Rahman yang telah memberikan nikmat begitu banyak, tentang anugerah kehidupan dan kemudahan urusan, tentang ketaatan dalam senang dan susah dalam muqim dan musafir dan dalam setiap keadaan. Kaitkanlah sesuatu yang kita temui dan alami dalam perjalanan dengan pemupukan keimanan anak-anak kita. Karena pengalaman langsung akan sangat berkesan dibanding cerita, karena melihat dan merasakan akan lebih menguatkan ruhiyah, karena mereka bisa merasakan juga keagungan Allah dan kemahabesaran Zat-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang bisa langsung dirasakan.
Kemudian di saat sedang sakit, dimana hati akan lebih tunduk kepada Allah al-Khaliq. Di saat tubuh sedang tak sehat, di saat rasa sakit dirasa, di saat kondisi sedang tak ideal, anak-anak akan dapat lebih merasakan betapa besar nikmat yang telah Allaha berikan. Nikmat sehat, nikmat dapat beraktifitas normal, nikmat bermain, nikmat belajar, nikmat berjalan-jalan, yang sebagiannya mungkin tak dapat dilakukan karena ujian sakit yang diberikan. Maka berikanlah nasihat di masa ini, karena nasihat tersebut akan lebih bermakna di saat anak-anak berada dalam kondisi yang tak biasa.
Dekatlah dengan mereka dan nasihatilah. Karena kedekatan kepada anak-anak akan memudahkan kita untuk memberikan nasihat. Hadirlah dalam kehidupan mereka secara zhahir dan bathin. Hadirlah dalam kehidupan mereka di saat mereka sedang senang dan susah, karena mereka membutuhkan pendampingan, nasihat, masukan, arahan, kehadiran, kasih sayang dan perhatian serta teladan dalam kehidupan. Jadikanlah kita sebagai orangtua, menjadi pribadi yang dapat memberikan teladan awal yang baik bagi mereka, bangunlah iman, resapilah adab, dan semailah akhlak dalam bingkai ketaatan kepada Allah dan dengan tuntunan dari Rasul-Nya.
Insya Allah semoga Allah anugerahkan anak cucu keturunan shalih shalihah kepada kita semua. Semoga kita akan berkumpul bersama mereka dan orang-orang yang kita cintai di syurganya Allah kelak.