Setiap yang bernyawa pasti akan dihampiri kematian, dan yang kekal abadi hanyalah Sang Pencipta (al-Khaaliq) Allah ‘Azza wa Jalla. Begitupun dengan perjalanan kehidupan makhluk bernama manusia.
Ia juga pasti akan mengalami kematian sebagai sunnatullah yang takkan pernah bisa dielakkan. Setiap manusia akan membawa seluruh amalan-amalannya kehadapan hari perhitungan. Di hari tersebut berdirilah ia mempertangungjawabkan semua amalan tersebut, yang baik akan diberikan ganjaran (tentunya amalan baik/ibadah yang ikhlash karena Allah dan ‘ittiba’u ar-rasul), sedangkan yang buruj akan menjadi pemberat timbangan keburukan di hari tersebut.
Manusia pada hari tersebut sibuk memikirkan nasib mereka sendiri-sendiri. Di hari tersebut bahkan orangtua takkan perduli dengan anak-anaknya, anak takkan bisa memkirikan orangtuanya, apalagi kawan karib kerabat, karena manusia begitu sibuk khawatir takut memikirkan nasib mereka sendiri.
Dan akhirnya hanyalah amalan kebaikan yang akan membawa manfaat, di hari perhitungan di hari dimana tak ada lagi yang bisa dilakukan seorang manusia, di hari dimana yang ada hanyalah hisab dan tak ada lagi amal.
Maka berbekal-lah untuk hari kemudian, dengan sebaik-baik bekal, yaitu taqwa. Dengan ketaqwaan yang benar dan karena Allah semata. Karena sebaik-baik bekal bukanlah harta benda, ataupun penghias kehidupan dunia lainnya, akan tetapi taqwa itulah yang akan menjadi sebaik-baik bekal untuk hari yang takkan ada lagi kesempatan untuk kembali.
ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Al-Baqarah: 197)
Dan hanya kepada Allah-lah tempat kembali, sebagaimana firman Allah:
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًا فَأَحْيَٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Al-Baqarah: 28)