Kejarlah Harapan dan Buanglah Angan-Angan

Setiap insan pastilah punya harapan (angan-angan), sebagian kita melihat harapan dan angan-angan adalah satu hal yang sama tak ada beda, akan tetapi dalam bahasa Arab kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang signifikan,

Definisi harapan, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah roja’ (الرّجاء) memiliki artian “suatu permintaan akan suatu perkara yang akan terjadi”, dalam artian lain yaitu dekat untuk terjadi atau dapat terjadi,

Sementara definisi angan-angan, atau dalam bahasa arab dikenal dengan Tamanni (التّمنّي) memiliki artian “suatu permintaan akan sesuatu yang mustahil terjadi atau sulit diperoleh” (التحفة السّنيّة hal. 69-70 dengan beberapa tambahan)

Dalam kitab yang berjudul asli
الجواب الكافي لمن سأل عن الدواء الشافي
atau lebih dikenal dengan judul versi ringkasnya
الداء و الدواء
karya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah yang dalam versi terjemahan Indonesianya berjudul
“Setiap Penyakit Ada Obatnya” pada halaman 58 disebutkan bahwa:

“Siapa yang mengharapkan sesuatu, maka dia harus menyertakan tiga perkara terhadap harapannya itu:
1. Kecintaan kepada apa yang diharapkannya
2. Ketakutan akan kehilangannya
3. Usaha untuk mendapatkannya menurut kesanggupan

Harapan yang tidak disertai tiga perkara ini, berarti sama dengan angan-angan. Harapan merupakan satu hal dan angan-angan merupakan hal lain.”

Dan angan-angan adalah sebuah khayalan yang takkan pernah terwujud, ia menjadi mimpi melenakan bagi orang yang tenggelam dalam pikiran tapi tak pernah merealisasikan perjuangan,

Sebagai contoh, angan-angan kaum Kafir di hari akhir nanti ketika mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri adzab Allah di hadapan dan merekapun berandai2 sekiranya mereka hanyalah tanah yang tak perlu dihisab, yang akan hilang tanpa ada pertanggungjawaban,

Dahulu semasa di dunia mereka tak kunjung beriman meskipun bukti2 kebenaran telah tegak dan tak terbantahkan,

Harapan tinggallah kenangan, yang ada hanyalah angan-angan. Angan-angan agar selamat dari adzab karena saat itu telah menjadi kenyataan,

Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Naba ayat 40:
إِنَّاۤ أَنذَرۡنَـٰكُمۡ عَذَابࣰا قَرِیبࣰا یَوۡمَ یَنظُرُ ٱلۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ یَدَاهُ وَیَقُولُ ٱلۡكَافِرُ یَـٰلَیۡتَنِی كُنتُ تُرَ ٰ⁠بَۢا
“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.”

Pada hari itu, pada hari kiamat, orang kafir menginginkan agar menjadi tanah saja dalam kehidupan dunia dan tak berharap diciptakan (sebagai manusia), mereka berharap tak pernah ada di kehidupan dunia, dan itu terjadi ketika mereka melihat adzab Allah sudah di hadapan mereka.
Dalam riwayat yang lain orang kafir berharap dulu di dunia menjadi hewan2 saja karena di hari kiamat hewan akan kembali menjadi tanah dan tak perlu melewati penghisaban (Tafsir Ibnu Katsir surat an-Naba ayat 40 dengan sejumlah perubahan)

Itulah angan-angan, yang takkan pernah terwujud,

Adapun harapan, adalah sesuatu yang dapat diwujudkan namun tentunya dengan persyaratan,

Lalu apakah harapan yang terbesar sebagai seorang insan yang beriman?

Harapan terbesar adalah mendapatkan ridha Allah dan ditempatkan di tempat kembali yang terbaik di hari akhir di syurga Allah yang penuh kenikmatan dan keridhaan,

Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 110:
قُلۡ إِنَّمَاۤ أَنَا۠ بَشَرࣱ مِّثۡلُكُمۡ یُوحَىٰۤ إِلَیَّ أَنَّمَاۤ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰ⁠حِدࣱۖ فَمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ لِقَاۤءَ رَبِّهِۦ فَلۡیَعۡمَلۡ عَمَلࣰا صَـٰلِحࣰا وَلَا یُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا
“Katakanlah (Muhammad), “ Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

Harapan harus disertai dengan usaha dan pengorbanan, sebagaimana dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa barangsiapa yang berharap berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla di syurga nanti maka mereka yang mengharapkan hal tersebut hendaklah beramal dengan amal shalih dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun,

Jika dikaitkan ayat tersebut ke ketiga perkara yang harus menyertai suatu pengharapan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Harapan yang sangat diinginkan, diharapkan, didambakan oleh setiap Mukmin adalah menatap wajah Allah di syurga kelak yang karena kecintaan tersebut menjadikan Mukmin bersungguh2 berusaha sebagai bagian dari ikhtiar pencapaian
2. Ketakutan akan tak terwujudnya harapan tersebut yang membuat setiap Mukmin bersungguh2 dalam beramal agar harapan bisa menjadi kenyataan
3. Usaha yang dipersyaratkan ada dua hal yaitu beramal shalih dan tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan inilah yang harus diperjuangkan

Janganlah menjadi seseorang yang merugi yang berharap syurga akan tetapi tak berusaha, merasa aman dari neraka akan tetapi terlena dalam dunia,

Jadilah orang yang sukses dan berhasil dalam mewujudkan harapan, karena harapan adalah sesuatu yang tinggi dan bernilai namun dapat dicapai,

Capailah ia dengan kesungguhan dan kerja keras, dengan ke-istiqomah-an dalam beramal, dengan ke-ikhlas-an dan ketundukan, dengan mengikuti tuntunan dan panutan, dengan doa dan munajat dan dengan mengharap ridha Allah ‘Azza wa Jalla,

Kita berharap semoga kita terlindung dari keburukan tempat kembali yang Allah timpakan kepada para penghuninya (penghuni neraka), mereka didorong ke dalamnya dengan dorongan sekuat-kuatnya sebagaimana firman Nya dalam surat ath-Thur ayat 13:
یَوۡمَ یُدَعُّونَ إِلَىٰ نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا
“Pada hari (ketika) itu mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya.”

Dan kita berharap semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung yang akan masuk ke syurga Allah dengan ketenangan, dengan hati ridha dan keridhaan dari-Nya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Fajr ayat 28:
ٱرۡجِعِیۤ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِیَةࣰ مَّرۡضِیَّةࣰ
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.”

Oleh karena itu, buanglah angan-angan dan raihlah harapan,

Semoga Allah mewujudkan segala pengharapan yang membuat kita ridha dan Allah pun ridha terhadap kita,

Barangsiapa yang berharap maka bersiaplah untuk berkorban
Barangsiapa yang terbuai angan-angan maka menyesallah kemudian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to Top